Dhamma Sebagai Pelindung
September 22, 2016 – 10:06 am | One Comment

Ceramah Dhamma Romo Cornelis Wowor MA. Vihara Pluit Dharmasukha September 2016
Kita sering mencari pelindung dalam hidup ini. Sebagai Buddhis kita sering membacakan paritta Tisarana atau paritta tiga perlindungan. Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai pelindung …

Baca artikel pengantar dan Dengarkan Ceramah Selengkapnya »
Download Paritta

Silahkan mendengarkan dan mendownload Paritta-paritta Suci

dr. Krishnanda W. Mukti

Kumpulan Ceramah Dhamma dari Bp. dr. Krishnanda W. Mukti

Rudy Arijanto

Kumpulan Ceramah dari Bapak Rudy Arijanto

Suhu Xian Xing

Kumpulan Ceramah Dhamma dari Bhiksuni Xian Xing

Tan Chao Ming

Kumpulan Ceramah Dhamma dari Bp. Tan Chao Ming

Home » Rudy Arijanto

Ti Ce Kuei Kitab Sopan Santun

Submitted by Untung on December 31, 2015 – 3:23 pm7 Comments

CerTi Ce Kuei Kitab Sopan Santunamah Dhamma Romo Rudy Arijanto, Vihara Pluit Dharmasukha, November 2015

Etika sopan santun antara anak dan orang tua dalam Buddhisme tidak kita temukan, yang ada adalah hak dan kewajiban di antara anak dan orang tua yang tertuang dalam Sigalovada Sutta. Romo Rudy Arijanto dalam ceramah Dhamma kali ini yang kami jadikan ceramah di penutup tahun 2015 menerangkan tentang etika sopan santun yang tercantum dalam kitab Ti Ce Kuei.

Ti Ce Kuei merupakan kitab tentang sopan santun dari Khong Hu Cu. Romo Rudy Arijanto yang merupakan seorang pandita dari majelis Tridharma tentu saja mengetahui tentang ajaran Nabi Khong Hu Cu. Kitab ini bukan saja menjelaskan tentang etika sopan santun dari seorang anak kepada orang tua, tetapi juga berisi tentang etika yang harus kita kerjakan untuk kemajuan pribadi maupun  dalam pergaulan secara umum.

Romo Rudy Arijanto dalam ceramah Dhamma tentang Ti Ce Kuei Kitab sopan santun ini hanya menjelaskan bagian dari etika yang harus di laksanakan oleh seorang anak kepada orang tuanya, tidak sampai kepada etika secara umum. Kitab Ti ce Kuei ini sebenarnya saat sekarang perlu juga disimak oleh para orang tua. Anak-anak sekarang sudah mempunyai pola pikir yang kritis. Mereka tidak dapat menerima perlakuan orang tua yang dianggap tidak sesuai, walaupun hal tersebut tertuang dalam kitab Ti Ce Kuei.

Ambil contoh, di dalam kitab di tuliskan bahwa tingkah laku / perbuatan yang disenangi orang tua kita, harus sepenuh hati kita laksanakan, sebaliknya tingkah laku yang tidak disenangi orang tua kita, kita wajib merubahnya. Kalau kita terapkan dalam hal pendidikan maka jika orangtua kita menginginkan kita jadi dokter sementara kita sendiri tidak ingin menjadi dokter tetapi ingin menjadi seorang arsitek, Nah bagaimana untuk kasus ini? Romo Rudy Arijanto menceritakan sebuah kasus yang berhubungan dengan masalah di atas. Jadi orang tua pun sebenarnya harus bisa memahami dan menghormati apa yang menjadi minat dan keinginan dari anaknya.

Sebagai seorang anak yang memahami dan melaksanakan ajaran Buddha Dhamma, bagaimanapun juga apa yang di katakan oleh orang tua harus kita turuti, jika itu memang sudah tidak bisa di ubah. Kita mendapatkan orang tua yang “diktator” juga merupakan bagian dari buah karma kita yang harus kita jalani. Tidak mungkin tanpa ada sebab kita mendapatkan orang tua yang menurut kita tidak ‘memahami’ kita. Malah bisa saja kita mendapatkan orang tua yang ‘tidak menyukai’ kita. Tetap saja etika sopan santun ini harus di terapkan juga. Semua itu merupakan bagian dari buah perjalanan karma kita. Apakah kita akan mengakhirinya sekarang atau memutuskan untuk ‘membalasnya’  sehingga jalinan karma itu akan tetap berulang kembali.

Silakan anda mendengarkan secara langsung ceramah Dhamma Romo Rudy Arijanto tentang Ti Ce Kuei kitab Sopan Santun dengan mengklik tombol play di bawah ini. Anda juga dipersilahkan mendownload file Mp3 nya dahulu lewat komputer jika ingin di dengarkan lewat gadget anda yang lain.

Dibawah, saya juga menuliskan ringkasan lengkap Ti Ce Kuei ini yang saya ambil dari cinaklasik.blogspot.co.id, mudah mudahan bisa bermanfaat untuk anda

Ceramah Dhamma Romo Rudy Arijanto ‘Ti Ce Kuei kitab Sopan Santun’


Untuk Para Pengguna IPad,Iphone (iOS) Streaming Ceramah Dhamma ‘Ti Ce Kuei Kitab Sopan Santun’, Rudy Arijanto 14.9 MB

Download (Selain pengguna IPad,Iphone) Ceramah Dhamma “‘Ti Ce Kuei Kitab Sopan Santun’, Rudy Arijanto 14.9 MB

Selamat mendengarkan. Semoga anda bisa menambah wawasan kebijaksanaan anda. Semoga semua makhluk berbahagia.

Di bawah ini merupakan ringkasan lengkap dari isi kitab Ti Ce Kuei. Silakan anda renungkan dan sikapi dengan bijaksana.  Karena ada juga hal hal yang sifatnya simbolis. Ringkasan ini diambil dari sumber cinaklasik.blogspot.co.id

  • Kitab “Ti Ce Kuei” ini berisi nasihat dari Nabi Khong Hu Cu. Pertama-tama harus berbakti kepada orang tua dan menyayangi saudara-saudaranya sendiri, selanjutnya dalam melakukan segala sesuatu harus berhati-hati, setiap kata yang diucapkan harus ditepati.
  • Mencintai manusia secara luas, juga mendekatkan diri kepada orang-orang yang berbudi kebajikan dan penuh rasa kasih. Setelah tingkah laku diri sendiri baik, maka sisa waktu dan tenaga yang ada dapat dipergunakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan.
  • Apabila kita dipanggil oleh orang tua kita, kita wajib segera menjawab dan jangan ditunda-tunda; apabila orang tua kita memerintahkan kita melakukan sesuatu pekerjaan, maka kita wajib melaksanakannya dengan tekun dan tiada rasa malas.
  • Apabila orang tua kita sedang mengajari atau menasihati kita, maka kita wajib mendengarkannya dengan penuh rasa hormat, tidak boleh bersikap acuh tak acuh; apabila kita dimarahi orang tua kita, maka kita wajib mengakui kesalahan kita dan berusaha untuk memperbaikinya, tidak boleh menolak tanggung jawab.
  • Dalam melayani orang tua kita, kita wajib melakukannya dengan setulus hati, sehingga di dalam musim dingin, hati orang tua kita bisa merasakan kehangatan, sebaliknya di dalam musim panas, hati orang tua kita bisa merasakan kesejukan; saat bangun pagi kita harus memberi salam kepada orang tua kita, begitu juga malam hari sebelum tidur kita juga harus memberi salam kepada mereka.
  • Saat keluar rumah harus permisi kepada orang tua, saat kembali juga harus menghadap pada orang tua, agar mereka mengetahui bahwa kita telah kembali; dalam keluarga kita apabila telah terbentuk peraturan dan tradisi, jangan sesuka hati merubahnya.
  • Walau untuk soal kecil sekalipun, janganlah kita mengambil keputusan sendiri, apabila kita mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan orang tua, hal ini telah melanggar tata krama yang harus dipatuhi seorang anak.
  • Walaupun barangnya kecil, janganlah disembunyikan sehingga orang tua kita tidak mengetahuinya; kalau kita sembunyikan, hal ini akan membuat hati orang tua kita merasa sedih.
  • Tingkah laku / perbuatan yang disenangi orang tua kita, harus sepenuh hati kita laksanakan, sebaliknya tingkah laku yang tidak disenangi orang tua kita, kita wajib merubahnya.
  • Apabila badan kita terluka, hal ini akan membuat risau hati orang tua; apabila moral kita tercela, hal ini akan membuat malu orang tua.
  • Orang tua sayang kepada kita, untuk menunaikan bakti itu adalah hal umum yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dan tidak ada istimewanya; tetapi apabila orang tua tidak menyenangi kita, dan kita tetap dapat menunaikan bakti dengan baik, itu baru mencerminkan kita itu seorang yang berbudi luhur.
  • Kalau orang tua kita mempunyai kesalahan atau kebiasaan yang tidak baik, sebagai anak kita wajib membujuknya agar berubah, tetapi saat membujuk mereka, sikap kita harus penuh hormat dengan wajah tersenyum, juga nada suara kita harus pelan dan lembut.
  • Apabila bujukan kita tidak diterima, kita tunggu sampai saat orang tua kita senang hatinya, lalu kita bujuk lagi, kalau tidak diterima juga kita boleh bujuk mereka sampai menangis, bahkan kalau kita dipukul sekalipun, kita tidak menyalahkan mereka.
  • Saat orang tua kita sedang sakit, setiap ramuan yang akan diberikan kepada mereka, harus kita cicipi sendiri terlebih dahulu, baik siang ataupun malam kita wajib merawatnya dan terus berada di sisinya.
  • Apabila orang tua kita meninggal, dalam masa berkabung selama tiga tahun, kita harus selalu membawa perasaan duka, kehidupan kitapun harus berubah, sama sekali tidak boleh minum arak dan makan daging, atau bersenang-senang, kita harus selalu mengenang orang tua kita yang telah meninggal tersebut.
  • Dalam pelaksanaan penguburannya, haruslah menuruti tata cara dalam upacara kematian, saat menyembah arwahnya harus dilakukan dengan hati yang tulus; terhadap almarhum orang tua kita, harus kita sembah dan perlakukan dengan sikap yang tulus, seakan-akan mereka itu masih hidup.
  • Sebagai seorang abang harus menyayangi dan memperlakukan adiknya sebagai seorang teman, sebaliknya sang adik harus menghormati sang abang; sesama abang dan adik saling akur, ini juga merupakan wujud dalam pelaksanaan bakti kepada orang tua.
  • Janganlah terlalu mementingkan harta benda, kalau kita tidak terlalu mementingkan harta benda, maka tidak akan mudah timbul keluhan di dalam hati, apabila kita bisa bersabar terhadap ucapan-ucapan yang kita dengar, sekalipun ada hal-hal yang tidak menyenangkan, dengan berlalunya waktu, hal ini akan hilang dengan sendirinya.
  • Baik saat makan, saat berjalan maupun saat duduk, kita harus membiarkan orang yang lebih tua duluan, yang lebih muda belakangan.
    Saat yang lebih tua memanggil seseorang, kita harus bantu memanggilkannya, kalau orang yang dicari itu tidak ada, maka terlebih dahulu kita menggantikan orang yang dicarinya tersebut.
  • Menyapa orang yang lebih tua, janganlah memanggil namanya. Di hadapan orang yang lebih tua jangan menunjukkan kelebihan kita.
  • Kalau di jalanan bertemu orang yang lebih tua, cepat-cepatlah maju ke hadapannya untuk memberi salam. Saat yang lebih tua tidak berkata sepatahpun, mundurlah sambil dengan sikap hormat berdiri di samping.
  • Kalau di jalanan bertemu dengan orang yang lebih tua, dan saat itu kita sedang naik kuda ataupun naik kereta, maka segeralah turun dari kuda ataupun kereta. Tunggu sampai orang yang lebih tua itu melewati kita, setelah meninggalkan kita sejauh 100 langkah lebih, barulah kita boleh pergi dari situ.
  • Kalau orang yang lebih tua sedang berdiri, maka yang lebih mudapun harus berdiri. Kalau yang lebih tua sedang duduk, sebagai orang yang lebih muda baru boleh duduk kalau sudah disuruh duduk.
  • Di hadapan orang yang lebih tua, suara percakapan kita haruslah pelan, tetapi apabila terlalu pelan sehingga tidak kedengaran, itupun tidak benar.
  • Saat maju menghadap orang yang lebih tua, langkah kita harus lebih cepat sedikit, sebaliknya saat kita mundur dari hadapannya, maka haruslah dengan langkah yang lambat; saat menjawab pertanyaan orang yang lebih tua harus dilakukan sambil berdiri, dan pandangan mata jangan melihat ke sana ke mari.
  • Dalam melayani paman ataupun uwak, harus dilakukan bagaikan kita melayani ayah kita sendiri; dalam melayani abang sepupu kita, juga harus dilakukan seperti kita melayani abang kandung kita sendiri.
  • Bangun harus pagi-pagi, tidur harus lebih larut malam; karena waktu cepat berlalu dan manusiapun cepat tua, seharusnya menyayangi kesempatan waktu yang ada dengan pekerjaan yang bermanfaat.
  • Bangun pagi harus cuci muka dan berkumur, setelah keluar dari kamar kecil juga harus mencuci tangan.
  • Kalau pakai topi juga harus dipakai dengan baik, kancing bajupun harus terkancing dengan baik, sepatu dan kaos kaki juga harus dipakai dengan baik, tali sepatu terikat dengan baik, masalah pakaian haruslah rapi dan bersih.
  • Topi dan baju, ada tempatnya yang tertentu, janganlah diletakkan di sembarang tempat sehingga mengotori topi dan baju kita.
  • Baju yang terpenting adalah kerapihan dan kebersihannya, bukan terletak pada mahalnya, baju yang dikenakan harus disesuaikan dengan status kita dan status keluarga kita.
  • Masalah makan, jangan terlalu pilih makan, ketahuilah bahwa tidak mudah untuk mendapatkan makanan. Makanlah secukupnya saja jangan sampai berlebihan.
  • Saat muda janganlah minum arak, kalau sampai mabuk maka semua sikap jelek kita akan terlihat dengan jelas. (minum arak dapat mengundang hal-hal yang tidak diinginkan)
  • Berjalan harus dengan sikap tegap dan jangan tergesa-gesa, berdiri harus dengan sikap tegak, menjura (Cuo-I) harus dilakukan dengan membungkukkan badan, sikap berlutut saat sembahyang harus dengan penuh rasa hormat.
  • Jangan menginjak kusen pintu (palang bawah pada pintu rumah jaman dulu), sewaktu berdiri sikap badan janganlah miring, sewaktu duduk jangan melipat kaki, juga jangan menggoyang-goyangkan kaki.
  • Saat memasuki pintu, pelan-pelan menyingkapi tirai pintu dan jangan sampai bersuara, sesudah itu badan diputar dan dibungkukkan sedikit untuk mengelakkan sudut tirai pintu.
  • Barang harus dibawa dengan baik, sekalipun barang itu kosong tidak berisi, harus dilakukan seakan-akan ada isinya; memasuki ruangan yang kosong pun, harus dilakukan seakan-akan ada orang lain di dalamnya.
  • Mengerjakan sesuatu janganlah tergesa-gesa, dalam ketergesa-gesaan akan timbul banyak kesalahan; mengerjakan sesuatu janganlah takut sulit, tapi juga jangan asal-asalan.
  • Tempat orang ribut-ribut jangan didekati; perbuatan yang tidak sopan jangan didengar.
  • Saat hendak memasuki pintu rumah, terlebih dahulu tanyakan apakah ada orang di dalam rumah; saat memasuki ruangan utama juga harus terlebih dahulu mengeluarkan suara.
  • Apabila orang bertanya siapa, maka kita harus menjawab nama kita, kalau kita katakan saya, maka dia tidak akan jelas siapa gerangan yang datang.
  • Kalau meminjam barang orang lain, harus minta permisi terlebih dahulu, kalau tanpa permisi langsung digunakan, itu sudah termasuk pencurian.
  • Meminjam barang orang lain harus segera dikembalikan, kelak apabila masih memerlukannya, sudah tidak sulit meminjamnya lagi.
  • Setiap berbicara harus mengutamakan kejujuran dan pegang janji, berbohong dan omong besar semuanya itu tidak boleh dilakukan.
  • Daripada banyak bicara, lebih baik sedikit bicara, setiap kata-kata kita harus jujur, terutama tidak boleh berbicara kata-kata manis yang tidak ada kebenarannya.
  • Omongan gombal, kata-kata kotor, bahasa orang pasaran, harus dijauhi penggunaannya.
  • Suatu persoalan apabila belum kita lihat dengan jelas duduk persoalannya, jangan sembarangan bicara, sebelum kita mengetahui kebenarannya, jangan seenaknya disampaikan kepada orang lain.
  • Sesuatu yang tidak pantas, janganlah terlalu mudah kita sanggupi dan kita janjikan, kalau sudah berjanji, mau dilakukan juga salah, tidak dilakukan juga salah, sehingga menjadi serba susah.
  • Setiap mengucapkan kata-kata, harus diucapkan dengan jelas, tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat, dan jangan sampai samar-samar.
  • Di sana orang bergunjing, di sini orang bergunjing, yang tidak ada hubungannya dengan kita, janganlah kita ikut-ikutan, janganlah mencampuri urusan orang lain.
  • Melihat kebaikan / kelebihan orang lain, haruslah berusaha untuk mengejar ketinggalan kita, walaupun masih terlalu jauh perbedaannya, lambat laun pasti terkejar juga.
  • Melihat kejelekan orang lain, segeralah kita intropeksi, kalau kitapun ada kesalahan yang sama, segeralah perbaiki, kalau ternyata kita tidak ada berbuat kesalahan, kitapun wajib meningkatkan kewaspadaan.
  • Apabila kebajikan kita, pengetahuan kita, bakat kita ketinggalan dibandingkan dengan orang lain, maka seharusnya kita mendorong diri kita agar berusaha mengejar ketinggalan yang ada.
  • Selain dari yang disebut di atas, kalau masalah pakaian kita tidak semahal orang lain, makanan kita tidak seenak orang lain, kita tidak perlu risau dan bahkan tidak perlu ingin membandingkannya untuk mengetahui siapa yang lebih unggul.
  • Kalau kita mendengar orang lain menyampaikan kekurangan kita, kita menjadi marah, tetapi kalau mendengar orang lain memuji kita lalu kita menjadi gembira, dengan adanya sikap yang demikian, maka lama-kelamaan, teman-teman yang menghalangi pembinaan diri kita semakin lama semakin banyak, sedangkan teman-teman yang bisa membantu pembinaan diri kita semakin lama semakin sedikit.
  • Sebaliknya apabila mendengar pujian orang kita merasa kuatir, kuatir kalau-kalau dengan demikian kita bisa berubah menjadi tinggi hati, mendengarkan kritikan orang kita merasa senang, karena dengan demikian kita bisa memperbaiki diri, maka semakin hari teman-teman yang bisa membantu pembinaan diri kita akan semakin akrab dan dekat dengan kita.
  • Tanpa sengaja melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan, itu disebut kesalahan, tetapi kalau dengan sadar dan sengaja melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya, itu disebut kejahatan.
  • Kalau telah sempat terjadi kesalahan atau bahkan kejahatan, lalu kita bisa memperbaiki sikap kita, maka kesalahan ataupun kejahatan itu lambat laun akan hilang, tetapi jika kita malah berusaha menutupi kesalahan tersebut, itu berarti menambah berat dosa kesalahan kita.
  • Setiap manusia, harus mempunyai hati yang penuh kasih sayang, seperti langit yang menaungi seluruh isi alam dan bumi yang menopang segala isi alam ini, sama sekali tidak ada sifat mementingkan diri dan membeda-bedakan orang lain.
  • Orang yang mempunyai budi kebajikan yang tinggi, dengan sendirinya namanyapun menjadi harum, yang dipandang dan dihormati orang adalah budi kebajikan ini, bukan penampilan luar seseorang.
  • Orang yang berbakat tinggi, dengan sendirinya namanyapun menjadi harum, yang dihargai orang bukan mulut besar seseorang.
  • Apabila kita sendiri mempunyai kemampuan yang baik, seharusnya membantu orang lain dan jangan mementingkan diri sendiri, kalau orang lain mempunyai kemampuan yang baik, janganlah timbul rasa iri dan menjelekkannya.
  • Terhadap orang yang kaya dan terpandang, janganlah terus bersikap manis, terhadap orang yang miskin dan hina, janganlah bersikap sombong, janganlah melupakan teman lama dari kampung, janganlah hanya ingin mencari teman yang baru saja.
  • Saat seseorang lagi sibuk, janganlah ia diganggu dengan menyuruhnya melakukan sesuatu, saat hati seseorang sedang risau, janganlah dicecar dengan kata-kata sehingga menambah kegundahannya.
  • Kalau seseorang ada kekurangan, janganlah membuka kekurangannya; kalau seseorang ada rahasia, janganlah dikatakan kepada yang lain.
  • Mengatakan kebaikan orang itu adalah sesuatu yang baik, karena setelah ia mendengarnya, ia akan lebih berusaha untuk berbuat baik lagi.
  • Menyebarkan kejelekkan orang itu adalah sesuatu yang jahat, apabila terlalu membenci kejahatan orang lain, hal ini akan mengundang bencana.
  • Saling menasihati demi kebaikan, saling memberi dorongan untuk melakukan, kebajikan, dengan demikian budi kebajikan keduanyapun akan meningkat, tetapi bila ada kesalahan dan tidak saling mengingatkan, akibatnya budi kebajikan keduanyapun ada cacatnya.
  • Setiap pemasukan dan pengeluaran uang haruslah jelas, seharusnya banyak memberi sedikit menerima.
  • Saat hendak menyalahkan orang lain, terlebih dahulu bertanya kepada diri sendiri, kalau kita sendiri tidak senang menerimanya, orang lain juga pasti tidak senang menerimanya, dengan demikian cepat-cepat buang niat tersebut.
  • Hutang budi harus dibalas, rasa dendam sebaiknya dilupakan, benci kepada seseorang hendaknya singkat waktunya, persoalannya sudah lewat sebaiknya dilupakan saja, tetapi dalam membalas budi haruslah panjang waktunya.
  • Terhadap para pelayan dan pembantu, kita sendiri harus mempunyai sikap yang berwibawa, walaupun berwibawa tetap harus bersikap penuh kasih, damai, dan pemaaf.
  • Dengan mengandalkan kekuasaan sehingga orang lain terpaksa menerima, dalam hatinya mereka tidak akan menerimanya, tetapi jika dengan berdasarkan kebenaran, mereka akan menerimanya dengan tiada komentar.
  • Sama-sama adalah manusia, tetapi kelas dan jenisnya berbeda-beda, umumnya orang-orang biasa itulah yang terbanyak jumlahnya. Yang benar-benar dapat dikatakan orang yang berkebajikan, jumlahnya sedikit sekali.
  • Kalau memang dia itu seorang yang berkebajikan, pasti akan banyak orang yang menghormatinya. Seorang yang berkebajikan akan berkata jujur, dia tidak akan menyembunyikan kesalahannya, dia juga tidak akan mencari muka.
  • Apabila kita bisa mendekati orang-orang yang berkebajikan, itu adalah suatu hal yang baik sekali, dengan demikian budi kebajikan kitapun akan meningkat setiap saat, sebaliknya kesalahan kita akan terus berkurang.
  • Kalau tidak mendekati orang-orang yang berkebajikan, itu adalah suatu hal yang merugikan sekali, setiap harinya banyak bergaul dengan orang-orang licik, semua masalah bisa menjadi rusak.
  • Tanpa dijalankan, tetapi hanya belajar di atas kertas saja, sehingga kita tidak ada pegangan, kalau demikian akan menjadi orang yang bagaimana kita nantinya?
  • Tetapi kalau hanya dikerjakan saja, tanpa sekolah / belajar akibatnya juga tidaklah baik, begitu punya pendapat sendiri, maka segala kebenaranpun tidak dapat dilihat lagi.
  • Caranya belajar, kita mengenal “tiga lulus”, yaitu hati, mata dan mulut ketiga-tiganya harus lulus.
  • Begitu mulai membaca buku ini, janganlah memikirkan untuk membaca buku yang lain, bagian ini kalau belum selesai dibaca, jangan mulai membaca bagian yang lain.
  • Cita-cita dan kemajuan yang dicapai dalam menuntut ilmu, tidak ada salahnya kita tinggikan sedikit batasannya, tetapi kenyataannya dalam menuntut ilmu haruslah rajin dan tekun, asalkan usaha kita cukup besar, maka soal-soal yang tidak dimengerti akan dapat dimengerti nantinya.
  • Dalam belajar, apabila ada pertanyaan, segeralah dicatat masalahnya, lalu begitu ada kesempatan tanyakanlah kepada orang lain, haruslah kita berusaha mendapatkan jawaban yang sebenarnya.
  • Ruangan dalam rumah haruslah dibersihkan, meja dan kursi belajar harus bersih dan tersusun rapi, begitu juga semua alat tulis harus terletak dengan baik.
  • Saat menggosokkan batangan karbon (untuk dijadikan tinta cina), batangan karbon harus tegak lurus batu gosoknya, kalau batangannya miring, itu menunjukkan kita tidak berkonsentrasi. Pada saat menulis, harus sungguh-sungguh, kalau tidak demikian, belum apa-apa hati kita sudah kacau terlebih dahulu.
  • Menempatkan buku, seharusnya mempunyai tempat yang tetap, setelah buku selesai dibaca, haruslah dikembalikan ke tempatnya semula.Walaupun ada keperluan yang mendadak, tetap saja segala kertas dan alat tulis harus diletakkan dengan baik dan rapi, kalau ada buku yang rusak dan koyak, segeralah ditambal.
  • Kalau bukan buku dari para suci, janganlah dibaca, buku-buku yang demikian dapat menutupi kearifan dan kecerdasan kita, juga dapat merusak cita-cita luhur kita.
  • Janganlah tidak rajin, janganlah meremehkan diri sendiri, haruslah diketahui, bahkan tingkatan orang suci dan para budimanpun dapai kita capai dengan setahap demi setahap.

7 Comments »

  • roby says:

    namo buddhaya.. pak untung

    malam pak..

    dulu sy bisa download ceramah dengan IDM
    tapi sekarang sy tidak bisa download lagi.
    username dan password sudah terisi benar.
    tetap tidak bisa juga pak..

    kira2 bapak ada solusinya
    atau sy ada kesalahannya.

    terima kasih

    namo buddhaya

  • Wisnu says:

    Namo Buddhaya Ko untung,

    Saya ingin tanya tentang cara / tehnik ko untung dalam setiap merekam ceramah di vihara.

    Mungkin bisa dishare tentang tehnik merekam suaranya agar mendapat rekaman suara yang bagus.

    boleh share alat rekam merek dan tipe yang biasa ko untung pakai dalam merekam?

    Soalnya saya dengar rekaman suaranya bagus dan cukup jernih.

    Jika tidak keberatan, bolehkan ko untung share nomor hp ko untung ke email saya, jadi nanti saya bisa kontek ko untung secara pribadi.

    Thanks,

    Wisnu

    • Untung says:

      Dear Pak Wisnu,
      Namo Buddhaya,
      Tidak perlu teknik dan peralatan khusus. kuncinya adalah audio tersebut langsung di ambil dari mixer sound system bukan merekam dari speaker. Jadi harus ada kerjasama dengan bagian audio dari tempat ceramah berlangsung agar bisa mengambil audionya langsung dari peralatan mixer mereka.

Leave a comment to Untung

Silahkan Isi Komentar anda dibawah, atau trackback dari site anda. Tulislah Komentar Anda dengan Sopan dan tetap dalam topik Buddha Dhamma/Ceramah Dhamma.

Silahkan tulis Komentar anda dalam kotak di atas

Web ini memungkinkan Anda Menggunakan Gravatar. Untuk mendapatkan Gravatar anda, Silakan daftar di Gravatar. Komentar akan di-moderasi sebelum ditampilkan. Terima Kasih

*
Mohon tuliskan kata yang berwarna ke dalam kotak kosong di bawah ini sebelum klik 'Kirim Komentar'. Terima kasih.
Anti-spam image